Wisata di Majalengka Situ Sangiang dan Makam Sunan Parung

Situ Sangiang dan Makam Sunan Parung - Majalengka adalah salah satu kabupaten yang berada di Jawa Barat. Menariknya memiliki tempat wisata Religi yaitu sebuah makam Sunan Parung dipercaya adalah salah satu raja dari Kerajaan Talaga Manggung.

Makam Sunan Parung sering diziarahi oleh para penziarah bukan hanya dari wilayah Majalengaka tetapi juga berasal dari luar daerah. Makam Sunan Parung dijaga oleh kuncen.

Begitu juga dengan Situ Sangiang, merupakan salah satu objek wisata andalan di Kabupaten Majalengka. Terletak di Desa Sangiang Kecamatan Banjaran, atau berjarak kurang lebih 27 KM dari pusat ibukota Kabupaten Majalengka menuju arah Kecamatan Talaga atau Cikijing.
Situ Sangiang Majalengka
Luas Keseluruhan objek wisata ini kurang lebih 105 Hektar sedangkan luas Situ atau talaga Sangiang sendiri seluas 14 Hektar. Situ Sangiang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai, Sehingga pengelolaannya dilakukan oleh pihak Taman Nasional Gunung Ciremail.

Objek wisata Situ Sangiang masih sangat asri hutan rimbun masih mengelilingi situ tersebut, padahal disekililing hutan tersebut sudah beralih fungsi menjadi ladang para penduduk sekitar.

Dari loket masuk hingga tepi Situ, pengunjung akan disuguhkan rimbun dan lebatnya pepohonan bahkan para pengunjung bisa melihat beberapa pohon dengan diameter sangat besar.

Selain itu suara satwa, seperti burung, kera atau lutung yang mendiami hutan di sekeliling Situ Sangiang seakan menyambut kehadiran para pengunjung yang akan masuk menuju kawasan Situ Sangiang dan Makam Sunan Parung.

Di Objek Wisata Situ Sangiang ini pula terdapat makam Sunan Parung. Sunan Parung dipercaya adalah salah satu raja dari Kerajaan Talaga Manggung. Makam Sunan Parung sering diziarahi oleh para penziarah bukan hanya dari wilayah Majalengaka tetapi juga berasal dari luar daerah.


Setelah melalui hutan maka pengunjung akan tiba di tepi Situ Sangiang. Hamparan air yang menciptakan riak air karena sapuan angin memanjakn mata pengunjung. Udara yang sejuk akan menambah rasa asrinya Situ Sangiang.

Situ Sangiang ini didiami oleh berbagai jenis ikan dan tidak ada satupun pengunjung yang berani menangkapnya. Karena menurut kepercayaan masyarakat setempat ikan-ikan itu merupakan penjelemaan prajurit Kerajaaan Talaga Manggung.

Situ Sangiang memang erat kaitannya dengan Legenda Prabu Talaga Manggung dan kedua Anak-nya Raden Panglurah dan Ratu Simbar kecana. Ikan-ikan yang ada di dalam situ bisa diberi makan oleh pengunjung.
Penampakan Ikan di Situ Sangiang Majalengka
Para penduduk sekitar, berjualan dan menyediakan roti untuk memberi pakan ikan tersebut. Pengunjung pun bisa bermain main air situ. Hal unik lainnya dari Situ Sangiang ini adalah pada saat musim kemarau air situ akan bertambah banyak sedangkan pada saat musim hujan justru air situ akan berkurang.

Fasilitas di Situ Sangiang cukup baik, selain loket karcis juga tersedia parkir, toilet, dan tempat istirahat. Harga tiket masuk Objek Wista Situ Sangiang adalah Rp. 10.000,- / Orang. Akses Jalan menuju Situ Sangiang saat ini sudah cukup bagus dan mudah di lalui dengan berbagai kendaraan.

Situ Sangiang yang sudah menjadi objek wisata unggulan dari Kabupaten Majalengka memberikan dampak terhadap kemudahan akses. Aksesibilitas dan kondisi di sekitar Situ Sangiang sudah dapat dikatakan cukup baik.

Untuk menuju Situ Sangiang, terdapat dua rute utama yang dapat ditempuh, yaitu dari arah Utara dan arah Selatan. Dari arah Utara, patokannya adalah Kota Majalengka, sedangkan dari arah Selatan, Kecamatan Talaga dapat dijadikan sebagai patokan.

Angkutan umum hanya sampai setengah perjalanan, sampai Cihaur, Banjaran (dapat menggunakan elf/microbus jurusan Kadipaten – Cikijing / Bandung – Cikijing atau medium Bus jurusan Cikarang – Bantarujeg) dari arah Kota Majalengka.

Dari Gapura selamat datang menuju Situ Sangiang dapat menggunakan ojek atau disarankan untuk menggunakan kendaraan pribadi. Situ Sangiang terletak pada ketinggian 600 – 800 m atas permukaan laut. Ketinggian tanah terendah berada didesa Banjaran dan tertinggi di desa Sangiang.

Bentuk permukaan tanah umumnya beragam, namun secara umum adalah relatif datar dengan kemiringan lahan sampai dengan 10%. Lahan-lahan demikian umumnya dipergunakan untuk areal pesawahaan dan perairan. Area di sekitar Situ Sangiang termasuk ke dalam tipe iklim C.

Jenis tanah di sekitar area Situ Sangiang terdiri dari dua jenis, yaitu Asosiasi Andosol dan Asosiasi Podsolik. Mayoritas sebaran Podsolik berada pada area sawah dan perairan. Kedua tekstur jenis tanah tersebut halus sampai dengan sedang dengan top soil antara 50-150 cm dengan tingkat kesesuaian S3-S2 untuk pertanian.

Ketinggian air tanah di sekitar Situ Sangiang berkisar antara 2-20 m di bawah permukaan tanah dengan sifat pengaliran tidak stabil. Sumur artesis yang digunakan penduduk untuk memperoleh air bersih berkisar pada kedalaman 5-15 m dengan pH 6,5.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa air permukaan dan air tanah di sekitar Situ Sangiang dapat dipergunakan untuk kepentingan pengembangan pertanian, perikanan, dan kegiatan lainnya.

Situ Sangiang merupakan objek wisata alam dan tempat ziarah. Banyak para pendatang yang berkunjung kesini dengan tujuan untuk berziarah. Untuk masuk ke lokasi situ terdapat beberapa gerbang. Di tiap pintu gerbang, ada kotak amal yang bisa diisi suka rela oleh pengunjung.
Pintu Masuk Makam Sunan Parung Majalengka

Biasanya diperuntukkan bagi para juru kunci. Di sebelah kiri jalan setapak menuju situ, terdapat makam leluhur terdahulu seperti Makam Sunan Parung dengan seorang juru kunci. Terkait dengan adanya kegiatan ziarah ke makam salah seorang tokoh dari kerajaan Islam pada zaman dahulu kala.

Para peziarah yang datang ke makam Sunan Parung, setelah berziarah, akan dilanjutkan dengan kegiatan mandi di Situ Sangiang. Adapun tata cara mandi di Situ Sangiang seperti memakai kain putih, batas mandi dalamnya hanya sepinggang, dan pelaksanaan kebersihan oleh tujuh kuncen setiap satu minggu sekali pada hari Senin.

Semua kuncen melaksanakan tugasnya mulai masuk jalan keramat sampai dipertigaan tiga orang melaksanakan kebersihan ke Makam Keramat berikut didalam keramatnya, sedangkan yang empat orang melaksanakan kebersihan jalan yang menuju Situ Sangiang.

Singkat cerita, Aria Salingsingan dan Raden Panglurah inilah yang secara langsung menjadi inti cerita terjadinya Situ Sangiang. Aria Salingsingan pada akhirnya memeluk agama Islam setelah kalah berhadapan dengan Sunan Gunungjati.

Sunan Gunungjati akhirnya mengutus Sunan Parung untuk membantu mengislamkan rakyat Talaga. Prabu Pucuk Umum yang kokoh memeluk agama Sanghyang pada akhirnya memilih untuk Ngahiang (menghilang) beserta pengikut setianya ke Ujungkulon,

Sedangkan Raden Panglurah saat itu sedang mencari ilmu ke Gunung Bitung. Akhirnya Kerajaan Talaga berada di bawah kekuasaan Aria Salingsingan yang beragama Islam. Hal ini berpengaruh terhadap kehidupan sosial dan agama rakyat Kerajaan Talaga.


Dalam waktu singkat, atas bantuan Sunan Parung, kuil-kuil tempat pemujaan telah berganti menjadi Masjid, Surau lengkap dengan saluran air untuk keperluan beribadah. Tentu saja hal ini membuat Raden Panglurah yang kembali ke Talaga marah sekaligus terkejut.

Setelah bertikai dengan Aria Salingsingan, demi mencegah pertempuran dengan saudara kandungnya, dan setelah berunding untuk terakhir kalinya dengan adiknya, Aria Salingsingan, Prabu Panglurah yang amat sakti kemudian bertanya pada pengikutnya apakah akan tinggal di Talaga atau pindah ke alam gaib bersama dirinya.

Keputusan Prabu Panglurah sekaligus hasil perundingan dengan Aria Salingsingan akhirnya menemui sebuah kesepakatan. Prabu Panglurah meminta ijin untuk pindah ke alam gaib bersama pengikutnya beserta bekas Keraton Talaga yang kini sudah sepi karena hampir semua penduduknya memeluk Agama Islam.

Singkat cerita, dengan disaksikan Aria Salingsingan dan juga Sunan Parung, dalam sekejap Istana Talaga lenyap. Hal berikutnya adalah dari bekas Kerajaan Talaga kini memancar air dan akhirnya menjadi sebuah danau yang luas. Prabu Panglurah beserta pengikutnya berubah wujud (fisiknya) menjadi berbagai jenis ikan tetapi jiwanya telah pindah ke alam gaib.

Adapun jenis ikan yang merupakan jelmaan dari pengkut Raden Panglurah adalah Ikan Lele, Ikan Mas, Ikan Mujaer, dan sebangsanya, sedangkan Raden Panglurah menjelma menjadi Ikan Lele berukuran sebesar bayi manusia.

Sebelum binatang tersebut masuk kedalam situ, terdengar suara Raden Panglurah yang kedengaran oleh kakaknya, juga penduduk Talaga. Kemudian mereka berbondong-bondong menuju ke situ ciptaan Raden Panglurah. Bukan main terkejut dan kagumnya penduduk Talaga mengetahui keajaiban tersebut.
Powered by Blogger.